Kamis, 10 Mei 2012

Manusia Menyikapi Petunjuk

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yg Kami pilih di antara hamba-hamba Kami lalu di antara mereka ada yg menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yg pertengahan dan di antara mereka ada yg lbh dahulu berbuat kebaikan dgn izin Allah.Yang demikian itu itu adl karunia yg amat besar.” . Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran dhalimun linafsih muqtashid dan saabiq bil khairaat. Dhalim linafsih artinya orang yg menganiaya diri sendiri yaitu mereka yg meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yg diharamkan. Seperti orang menjalankan salat tetapi korupsi menjalankan saum Ramadan tetapi suka riya pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang membayar zakat tetapi menyakiti tetangga membelanjai istri tetapi juga menyakitinya berhaji tetapi menzalimi karyawan. Pendek kata dhalimun linafsih adl orang yg terpadu dalam dirinya kebaikan dan keburukan yg wajib kadang ditinggalkan yg haram kadang diterjang. Muqtashid artinya orang pertengahan yaitu mereka yg menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yg haram walau terkadang masih meninggalkan yg sunah dan mengerjakan yg makruh. Seluruh kewajiban ia penuhi baik kewajiban pribadi maupun kewajiban menyangkut hak orang lain .Yang haram ia tinggalkan seperti mencela mengumpat memeras dan seterusnya. Ia kadang meninggalkan amalan sunah dan kadang melakukan hal yg makruh. Bukan berarti orang semacam ini tidak pernah berbuat dosa tetapi jika ia berbuat dosa Allah mengampuni dosanya lantaran taubat atau hal lain yg menghapuskannya. Saabiq bil khairaat artinya orang yg beregegas dalam kebaikan yaitu mereka yg menunaikan seluruh yg wajib dan sunah meninggalkan yg haram dan makruh juga sebagian yg mubah. Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa menulis “Saabiq bil khairaat adl mereka yg mendekatkan diri dgn segenap kemampuannya utk menunaikan yg wajib dan yg sunah serta meninggalkan yg haram dan makruh walaupun ini tidak menutup kemungkinan golongan muqtashid dan saabiq bil khairaat mempunyai dosa yg dihapuskan darinya baik itu dgn taubat amalan yg bisa menghapus dosa musibah atau yg lain. Perhitungan Mereka di Akhirat Abu Darda mendengar Rasulullah saw. bahwa kelompok saabiqun adl mereka yg akan masuk janah dgn tanpa hisab. Kelompok muqtashid adl mereka yg akan dihisab dgn hisab yg ringan . Kelompok dhalimun adl mereka yg mendapat rintangan sepanjang mahsyar kemudian Allah menghapus kesalahannya krn rahmat-Nya hingga mereka berkata “Dan mereka Segala puji bagi Allah yg telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rab kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yg kekal dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” . . Di Mana Posisi Kita? Dalam Tafsir Ibnu Katsir halaman 534 disebutkan bahwa suatu ketika ibunda Aisyah r.a. ditanya oleh Uqbah bin Shuhban al-Hinai tentang ayat di atas. Beliau menjawab “Wahai anakku mereka berada di janah. Adapun sabiq bil khairat adl mereka yg telah berlalu pada masa Rasulullah saw. Rasulullah menjanjikan utk mereka janah. Adapun muqtashid adl mereka yg mengikuti jejaknya dari kalangan sahabatnya sehingga bertemu dgn mereka. Adapun dhalim linafsih adl seperti aku dan kalian?.” Komentar ibunda Aisyah r.a. yg mengelompokkan dirinya ke dalam dhalim linafsih tentu sebuah ketawadhu’an sebagaimana dinyatakan oleh Uqbah bin Shuhban menurutnya Ibunda Aisyah justru termasuk pemuka sabiq bil khairat. Namun bagi kita tidak ada alasan utk tidak menyatakan diri kita sebagai muqtashid apalagi sabiq bil khairat. Tampaknya yg tersisa bagi kita adl posisi dhalimu linafsih. Betapa tidak? tiap hari kita selalu bergelimang dosa. Terlalu banyak kewajiban yg kita tinggalkan juga terlalu banyak larangan yg kita terjang. Setiap waktu kita sering melihat hal yg tidak boleh dilihat mendengar hal yg tak boleh didengar dan berucap ucapan yg dilarang. Tiga kelompok di atas memang akhirnya dinyatakan akan masuk janah krn mereka adl umat Muhammad saw. yg bertauhid. Namun bagi kelompok dhalim linafsih sungguh berada pada posisi terancam. Mengapa? utk dapat memasuki janah kelompok ini harus melewati proses hisab yg berat. Beruntung jika mendapat ampunan dan rahmat Allah hingga selamat dalam meniti shirat jika tidak api neraka akan turut menjilati tubuh sebagai pembalasan atas dosa yg dilakukan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa menulis “Dhalimun linafsih termasuk dalam kelompok orang-orang yg beriman mereka mendapatkan walayah dari Allah sebatas iman dan takwanya dan sekaligus mendapatkan adawah sebatas kefajirannya. Yang demikian itu krn pada seseorang bisa jadi terkumpul kebaikan-kebaikan yg menjanjikan pahala dan kejelekan-kejelekan yg menjanjikan siksa sehingga seseorang mungkin saja diberi pahala dan disiksa. Ini adl pendapat seluruh sahabat para imam dan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yg menyatakan bahwa siapa pun yg dihatinya ada seberat zarah dari iman tidak akan kekal di neraka.” Semoga kita termasuk golongan yg mendapat rahmat dan ampunan Allah hingga terhindar dari panasnya api neraka. Wallahu a’lam. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar