Kamis, 10 Mei 2012

NAJIS Mudah Dijumpai, Jarang Dikenali

NAJIS Mudah Dijumpai Jarang Dikenali
penulis Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq al-Atsary
Syariah Seputar Hukum Islam 30 - April - 2003 09:24:06
Pengetahuan tentang najis sangat penting bagi seorang muslim krn berkaitan erat dgn ibadah. Jangan sampai krn ketidaktahuan benda yg sebenar hanya kotoran biasa dianggap najis dan sebalik menganggap remeh benda-benda yg dianggap najis oleh syariat.
Najis merupakan hal yg sering dijumpai dlm kehidupan sehari-hari dan harus diperhatikan keberadaan khusus oleh seorang muslim krn berkaitan dgn ibadah kepada Allah Subhanahu wa ta`ala. Contoh yg paling mudah ketika seseorang hendak menegakkan shalat ia harus memperhatikan kesucian diri dan tempat shalat dari hadats maupun najis.
Namun sangat disayangkan berapa banyak kaum muslimin yg belum mengetahui dgn benar masalah najis ini – walaupun sebenar permasalahan ini telah banyak dibahas oleh para ulama baik dari sisi pengertian maupun penjelasan macam-macam secara rinci. Terkadang sesuatu yg najis disangka sebagai sesuatu yg bukan najis. Pada kali yg lain sesuatu yg sebetul tdk najis berusaha dihindari krn disangka najis. Keadaan ini adl kenyataan pahit yg kita dapati dlm kehidupan kaum muslimin.
Agama kita yg sempurna telah menjelaskan dgn lengkap dan rinci tentang najis ini. Para ulama telah menerangkan bahwa najis adl kotoran yg wajib dijauhi oleh seorang muslim dan harus dibersihkan apabila mengenai sesuatu. Di antara macam-macam najis tersebut ada yg disepakati oleh para ulama bahwa perkara itu adl najis dan ada pula yg diperselisihkan tentang kenajisan apakah hal itu termasuk sesuatu yg najis atau bukan. Untuk itu dgn izin Allah ta`ala kita akan mengupas satu per satu.
Kali ini kami akan menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yg disepakati oleh para ulama sebagai najis sepanjang pengetahuan kami dgn ilmu yg kami miliki.
1. Kotoran dan kencing manusia
Najis kotoran manusia diisyaratkan dlm hadits yg diriwayatkan dari sahabat yg mulia Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu‘anhu. Beliau menceritakan bahwasa Rasulullah ‘alaihish Shalatu Wasallam pernah shalat bersama para shahabat dlm keadaan mengenakan sandal namun tiba-tiba beliau melepas sandal dan meletakkan di sebelah kiri beliau dan perbuatan ini diikuti oleh para shahabat. Ketika selesai shalat beliau mempertanyakan perbuatan para shahabat tersebut dan memberitahukan alasan beliau melepas sandal krn Jibril mengabarkan bahwa di sandal beliau ada kotoran dan beliau bersabda:
Apabila salah seorang dari kalian datang ke masjid hendaklah dia membalikkan dan melihat sandalnya. Apabila ia melihat ada kotoran pada hendak digosokkan ke tanah kemudian dipakai utk shalat.” adl rijal Shahih al-Bukhari}
Adapun najis kencing manusia dijelaskan dlm hadits Ibnu Abbas radliyallahu‘anhuma yg diriwayatkan di dlm Shahihain tentang dua orang penghuni kubur yg diazab. Dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam :
Adapun salah satu dari kedua tdk membersihkan diri dari kencingnya.
Masalah kenajisan kotoran dan kencing manusia ini –banyak ataupun sedikit- disepakati oleh ulama. Adapun Abu Hanifah dlm masalah kencing beliau berpendapat jika didapati kencing setitik jarum mk ini tdk memudharatkan. Namun sebagaimana diterangkan di atas kencing manusia –baik banyak ataupun sedikit – adl najis dgn dalil yg jelas dan terang serta merupakan kesepakatan ulama sebagaimana disebutkan Imam Nawawi rahimahullah dlm Syarh Muslim. Sedangkan apa yg datang dari Abu Hanifah adl pendapat yg tertolak.
Lain hal dgn kencing anak kecil laki2 yg masih menyusu dan belum makan makanan tambahan kecuali kurma utk tahnik dan madu utk pengobatan. Kebanyakan para ibu mengatakan bahwa itu bukan najis sehingga mereka bermudah-mudah dlm hal ini.
Walaupun memang di sana ada perselisihan ulama dlm masalah najis kencing anak laki2 yg dlm keadaan seperti ini akan tetapi pendapat yg kuat menyatakan bahwa kencing anak laki2 yg masih menyusu dan belum makan makanan tambahan itu najis sebagaimana dinyatakan Imam Nawawi rahimahullah dlm Syarah Muslim namun najis ringan. Dalil keringanan diisyaratkan dgn ringan cara membersihkan seperti dlm hadits Ummu Qais bintu Mihshan yg diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim :
Ummu Qais bintu Mihshan al-Asadiyah membawa anak yg masih kecil dan belum makan makanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu Rasulullah mendudukkan anak itu di pangkuannya. Kemudian anak itu kencing di baju beliau. mk Rasulullah meminta air dan mengguyurkan ke baju dan tdk mencucinya.
Walaupun najis tersebut ringan namun masih tetap harus dibersihkan dgn mengguyurkan air pada sesuai dgn apa yg bisa kita lihat pada hadits di atas.
Adapun dlm masalah kotoran dan kencing hewan kita akan mendapatkan ada perselisihan di kalangan ulama. Diantara mereka ada yg mengatakan bahwa kotoran hewan – baik yg dimakan daging maupun tdk – adl najis sebagaimana pendapat jumhur ulama dan Syafi’i. Sebagian yg lain berpendapat yg najis hanya kotoran hewan yg tdk dimakan dagingnya. Sementara pendapat yg lain dari kalangan ulama dan – wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab – ini adl pendapat yg kuat pada asal semua kotoran hewan suci kecuali ada nash yg mengatakan najis mk barulah dikatakan najis. Ini merupakan pendapat Ibnul Mundzir dan dinukilkan oleh Imam an-Nawawi dlm al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab bahwa ini adl perkataan Dawud azh-Zhahiri Ibrahim an-Nakha’i dan asy-Sya’bi. Pendapat ini juga didukung oleh al-Imam Asy-Syaukani di dlm kitab-kitab beliau diantara Nailul Authar dan ad-Daraari.
Dengan apa yg telah diterangkan di atas mk jelaslah bahwa tdk semua yg kotor pada wujud itu najis kecuali ada nash yg menerangkan kenajisannya. Misal tahi cicak tdk ada nash yg menunjukkan kenajisan mk itu bukan najis. Namun bila dikatakan kotoran mk tahi cicak itu memang termasuk kotoran.
Hal lain yg berkaitan dgn masalah ini adl kencing unta. Sebagaimana kita ketahui kencing unta adl kotoran namun bukan najis. Bahkan didapati riwayat dari Anas bin Malik radliyallahu‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan utk minum air kencing unta sebagaimana termaktub dlm Shahihain dan Shahih Muslim no. 1671} dan lain :
Sekelompok orang dari Bani ‘Akl – atau Bani ‘Urainah – datang menemui Nabi namun mereka merasa tdk betah tinggal di Madinah krn sakit yg menimpa mereka mk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan agar didatangkan seekor unta betina yg banyak susu dan menyuruh mereka minum air kencing dan susunya. Lalu mereka beranjak melakukannya. Ketika telah sehat mereka membunuh penggembala ternak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan meminum susu ternak itu. Datanglah berita tentang peristiwa itu menjelang siang sehingga Rasulullah memerintahkan utk mengikuti jejak mereka. Pada siang hari mereka didatangkan ke hadapan Nabi lalu beliau memerintahkan agar dipotong tangan dan kaki mereka dicungkil mata dan dilemparkan ke tengah padang pasir yg panas. Mereka meminta-minta minum namun tdk diberi minum.
2. Madzi
Madzi adl cairan yg hampir mirip dgn mani. Beda madzi lbh tipis dan tdk pekat. Keluar madzi ini tdk terasa dan keluar ketika seseorang bersyahwat sebelum dia bercampur dgn istri atau di luar jima’.
Kaum muslimin bersepakat bahwa madzi itu najis sebagaimana dinukilkan Imam an-Nawawi dlm al-Majmu’. Juga datang dalil yg menunjukkan najis madzi dlm hadits yg dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallah dari hadits ‘Ali radliyallahu ‘anhu ketika ‘Ali menyuruh seorang shahabi Miqdad ibnul Aswad utk menanyakan tentang madzi ini kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Beliau menjawab :
Hendak dia mencuci kemaluan dan berwudhu.
Ibnu Daqiqil ‘Id rahimahullah mengatakan dlm Ihkamul Ihkam: “Dari hadits ini diambil dalil tentang najis madzi di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan utk mencuci kemaluan yg terkena madzi tersebut.”
Satu hal yg perlu kita ketahui madzi ini menimpa laki2 maupun wanita namun lbh sering dan kebanyakan terjadi pada wanita seperti yg dikatakan Imam Nawawi rahimahullah dlm Syarah Muslim.
3. Wadzi
Wadzi adl cairan yg keluar setelah kencing atau saat mengejan setelah buang air besar. Hukum wadzi sama dgn madzi atau kencing yaitu najis. Bahkan Imam an-Nawawi rahimahullahu ta’ala di dlm kitab beliau al-Majmu menukilkan ijma’ bahwa wadzi itu najis. Beliau mengatakan “Telah bersepakat umat ini tentang najis madzi dan wadzi.”
4. Darah Haid dan Nifas
Darah haid dan nifas adl dua hal yg secara umum dijumpai oleh kaum wanita. Namun mungkin ada di kalangan mereka yg belum mengetahui apakah darah haid dan nifas termasuk najis atau bukan sementara ini adl perkara yg sangat penting bagi mereka.
Telah datang dalil yg menunjukkan kenajisan darah haid dlm hadits Asma’ bintu Abi Bakr radliyallahu ‘anha. Beliau menceritakan :
Seorang wanita berta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia berkata “Ya Rasulullah jika salah seorang dari kami terkena darah haid pada pakaian apa yg harus ia lakukan?” mk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda “Apabila darah haid mengenai pakaian salah seorang dari kalian hendak dia mengerik lalu membasuh kemudian ia shalat memakai pakaian tersebut.”
Berkata Imam As Shan`ani rahimahullah di dlm Subulus Salam setelah membawakan hadits di atas: “Hadits ini merupakan dalil yg menunjukkan najis darah haid”.
Kaum muslimin sendiri telah bersepakat bahwa darah haid itu najis dgn nash yg ada ini dan Imam an-Nawawi menukilkan ada ijma` dlm hal ini. Adapun darah nifas hukum sama dgn darah haid.
5. Bangkai
Begitu pula hal dgn bangkai ulama sepakat tentang kenajisan sebagaimana dinyatakan oleh Imam Ibnu Rusyd dlm Bidayatul Mujtahid juga Imam Nawawi dlm Al Majmu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
Apabila kulit telah disamak mk itu merupakan pensuciannya.
Dari hadits di atas dipahami bahwa kulit hewan yg telah mati itu najis sehingga bila ingin disucikan harus disamak terlebih dahulu. Apabila kulit saja dihukumi najis mk tentu bangkai lbh utama lagi utk dihukumi akan kenajisannya.
Dikecualikan dari bangkai ini adl :
1. Bangkai manusia dgn keumumam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam:
Sesungguh mukmin itu tdk najis.
2. Bangkai hewan laut dgn dalil firman Allah ta`ala :
Dihalalkan bagi kalian binatang buruan dari laut dan makanan dari hasil laut
Imam Thabari menukilkan dari Ibnu Abbas rahimahumullah tafsir dari ayat di atas yakni yg dimaksud dgn صَيْدُهُ adl binatang laut itu diambil dlm keadaan hidup dan طَعَامُهُ adl binatang itu diambil dlm keadaan mati .
Dalam hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
Laut itu suci air dan halal bangkainya.
3. Setiap hewan yg tdk memiliki darah yakni darah tdk mengalir ketika hewan itu dibunuh atau terluka seperti lalat belalang kalajengking dan lainnya. Berdalil dgn hadits :
Apabila jatuh lalat dlm bejana salah seorang dari kalian mk hendaklah ia mencelupkan lalat tadi ke dlm air kemudian dibuangnya.
Imam Ash Shan`ani rahimahullah berkata: “Dimaklumi bahwa lalat akan mati apabila jatuh ke dlm air ataupun makanan terlebih lagi apabila makanan dlm keadaan panas. mk sendai lalat itu menajisi makanan tersebut niscaya makanan tersebut rusak sedangkan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan utk memperbaiki makanan yg ada tdk merusakkannya”.
Ketiga point di atas sebenar ada perselisihan pendapat tentang kenajisan namun pendapat yg kuat dgn dalil yg ada ketiga bukanlah najis wallahu ta`ala a`lam bishawwab.
Sudah semesti tiap muslim mengetahui perkara-perkara penting dlm agama khusus dlm pembahasan kita tentang najasat agar tdk terjatuh dlm kekeliruan dan kesalahan yg dapat merusakkan ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahul muwaffiq lima yuriduhu ilashawab.
Sumber: www.asysyariah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar