Kamis, 10 Mei 2012

Sunnah yang Diremehkan

Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Secara bahasa sunnah berarti jalan. Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yg berpahala bila dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian sebagai realisasi cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kita harus memposisikan perbuatan sunnah sejalan dgn ‘rekomendasi’ Allah “Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Ibnu Katsir berkata “Ayat ini adl dalil yg kuat utk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan perbuatan dan sikap beliau.” Meniru dan meneladani seseorang adl manifestasi cinta. Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Tidaklah beriman salah seorang di antara kamu hingga lbh mencintai aku daripada orang tuanya anak-anaknya dan segenap manusia.” Karena itu pertanda seberapa besar cinta kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di antaranya dapat diukur dgn perhatian kita dalam meneladani tiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi ironinya krn merasa tak akan mendapat dosa umat Islam banyak yg meremehkan masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma yg senantiasa berusaha menerapkan tiap apa yg ia ketahui dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hingga kini banyak masalah sunnah yg terlupakan bahkan diremehkan oleh umat. Adapun di antara sunnah-sunnah yg sering dilupakan dan diremehkan adl sbb.
Pertama Berkumur dan istinsyaq . Ketika berwudhu banyak orang yg tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yg hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara berwudhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali.
Kedua Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar. Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka yg terpikir hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah di antaranya adl mengawali mandi tersebut dgn berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah Radhiallahu Anha; “Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi dari jinabat memulai dgn mencuci kedua tapak tangannya lalu berwudhu sebagaimana wudhu utk shalat kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya lalu menyiram kepalanya dgn tiga kali cidukan dari kedua tangannya lalu menyiram seluruh kulit .
Ketiga Mendatangi shalat dgn tenang. Bila iqomat telah dikumandangkan atau shalat jama’ah telah didirikan kita banyak menyaksikan orang-orang berlarian utk mendapatkan ruku’ bersama imam. Di samping jauh dari sunnah perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu’ dan mengganggu mereka yg sedang shalat. Untuk menanggulangi hal tersebut hendaknya kita datang berjamaah lbh awal yg dgn begitu kita bisa melakukan perbuatan sunnah yg lain. Shalat sunnah qabliyah misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda “Bila shalat telah didirikan jangan mendatanginya dgn tergesa-gesa tetapi datanglah dgn berjalan secara tenang. Apa yg kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yg kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah.
Keempat Shalat dgn memakai sutrah . Shalat dgn memakai sutrah sering tidak diperhatikan khususnya ketika shalat sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah. Dari Nafi’ bin Abdillah “bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau shalat di hadapannya.
Kelima Merapatkan pundak dgn pundak dan telapak kaki dgn telapak kaki dalam shaf shalat jama’ah. Mayoritas shaf-shaf di tiap shalat jama’ah di banyak masjid selalu kita dapati kekurangan. Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lbh menyedih-kan ada orang yg marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat tentang sunnah. Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Luruskanlah barisan-barisan kalian sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang punggungku. Dan tiap orang dari kami merapatkan pundaknya dgn pundak kawannya dan telapak kakinya dgn telapak kaki kawannya.” . Hadits di atas menegaskan bagai-mana besarnya perhatian Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.
Keenam Shalat malam/ tahajud. Banyak orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar bangun malam itu tidak mudah. Ia membutuhkan usaha dan kesabaran. Untuk memudahkan bangun malam ikutilah nasehat-nasehat berikut ini
Tinggalkan maksiat dan dosa! Sebab keduanya menghalangi manusia dari keta’atan.
Niatlah sungguh-sungguh utk bangun dan ikhlas krn Allah. Baik pula jika disertai do’a memohon diberi kekuatan bangun tengah malam.
Bersegera tidur. Begadang malam hanya akan membuatmu terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya. Sekedar ngobrol misalnya. Bahkan hingga utk pekerjaan penting sekali-pun Anda harus membatasi waktunya.
Tidak makan terlalu banyak menjelang tidur. Makan banyak akan membuat orang malas beribadah.
Membaca do’a-do’a yg disun-nahkan ketika mau tidur.
Meletakkan alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai dgn waktu yg diinginkan.
Saudaraku usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do’a atau air matamu di sepertiga malam bisa menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam ditanya “Shalat apakah yg paling utama setelah shalat fardhu ?” Beliau menjawab “Shalat di tengah malam.” Ia bertanya “Dan puasa apakah yg lbh utama setelah Ramadhan ?” Beliau menjawab “Puasa pada bulan Muharram.
Ketujuh Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam dari fitnah kehi-dupan dan kematian fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang. Mohon perlin-dungan tersebut diucapkan menjelang akhir do’a tasyahud dalam shalat. Urwah bin Zubair berkata Ai’syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo’a “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari dosa dan hutang.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Seseorang kemudian bertanya kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam “Betapa sering engkau memohon perlindungan dari hutang wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Sesungguhnya orang yg berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati.
Kedelapan Berdo’a sebelum salam. Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq Radhiallahu Anhu bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “Ajarkanlah kepadaku do’a yg kupanjatkan dalam shalat.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab “Ucapkanlah “Ya Allah sesungguhnya aku terlalu banyak menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yg mengampuni dosa-dosa selain Engkau maka ampunilah aku dari sisiMu dan sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.” kemudian hendaknya ia memilih do’a yg disenanginya lalu berdo’a dengannya. Do’a ini dibaca setelah do’a mohon perlindungan selanjutnya kita membaca do’a yg kita kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo’a pada waktu-waktu yg ditun-jukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di waktu yg mustajab tersebut kita meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akherat.
Kesembilan Shalat sunnah di rumah. Banyak manfaat shalat sunnah di rumah di antaranya
Shalat sunnah di rumah adl tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ia lbh menjaga keikhlasan hati dari sikap riya’ dan ingin dipuji orang.
Shalat sunnah di rumah dgn sendirinya mengajarkan cara shalat yg benar kepada anggota keluarga terutama kepada isteri dan anak-anak.
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Lakukanlah sebagian shalat-shalat mu di dalam rumah dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk lalu shalat dua rakaat. Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat kemudian masuk dan shalat dua rakaat. Beliau shalat Isya’ bersama para Sahabat kemudian masuk rumahku lalu shalat dua rakaat.” Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata “Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba’diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yg mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid.
Rujukan utama Sunan Majhulah Abdul Ilah Abdurrahman Salamah.
Oleh Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar