Kamis, 10 Mei 2012

Mekanisme Khayalan Teori Evolusi - Keruntuhan Teori Evolusi [III]

Model neodarwinis yg dapat kita anggap sebagai teori evolusi yg “paling diakui” saat ini menyatakan bahwa kehidupan telah mengalami perubahan atau berevolusi melalui dua mekanisme alamiah “seleksi alam” dan “mutasi”. Dasar teori sebagai berikut. Seleksi alam dan mutasi adl dua mekanisme yg saling melengkapi. Modifikasi evolusioner berasal dari mutasi secara acak yg terjadi pada struktur genetis makhluk hidup. Sifat-sifat yg ditimbulkan oleh mutasi kemudian diseleksi melalui mekanisme seleksi alam dan dgn demikian makhluk hidup berevolusi. Akan tetapi jika teori ini kita telitei lbh jauh ternyata mekanisme evolusi semacam ini tidak ada sama sekali sebab tidak ada kontribisi dari seleksi alam maupun mutasi kepada pernyataaan bahwa beragam spesies telah berevolusi dan berubah dari satu spesies menjadi spesies yg lain. Seleksi Alam Sebagai suatu proses alamiah seleksi alam telah dikenal ahli biologi sebelum Darwin yg mendefinisikannya sebagai “mekanisme yg menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak”. Darwin adl orang pertama yg mengemukakan bahwa proses ini mengalami kekuatan evolusi. Ia kemudian membangun seluruh teorinya berlandaskan pernyataan tersebut. Seleksi alam sebagai dasar teori Darwin ditujukkan oleh judul yg ia berikan pada bukunya The Origin of Species by Means of Natural Selection.. Akan tetapi sejak masa Darwin tidak pernah dikemukakan sebuah bukti pun yg menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi. Collin Patterson seorang ahli palentologi senior pada museum of Natural History di Inggris yg juga seorang evolusionis terkemuka menegaskan bahwa seleksi alam tidak pernah ditemukan memiliki kekuatan yg menyebabkan sesuatu berevolusi “Tidak seorang pun pernah menghasilkan suatu spesies melalui mekanisme seleksi alam bahkan sekadar utk mendekatinya. Kebanyakan perdebatan dalam neodarwinisme sekarang ini adl seputar pertanyaan ini.” Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk-makhluk hidup yg lbh mampu menyesuaikan diri dgn kondisi alam habitatnya akan mendominasi dgn cara memiliki keturunan yg mampu bertahan hidup sebaliknya yg tidak mampu akan punah. Sebagai contoh dalam sekelompok rusa yg hidup di bawah ancaman hewan pemangsa secara alamiah rusa-rusa yg mampu berlari lbh kencang akan bertahan hidup. Itu memang benar. Akan tetapi hingga kapan pun proses ini berlangsung tidak akan membuat rusa-rusa tersebut menjadi spesies lain. Rusa akan tetap menjadi rusa. Kita akan melihat bahwa contoh-contoh seleksi alam yg dikemukakan evolusionis tidak lain hanyalah usaha utk mengelabui! “Penggelapan Warna krn Pengaruh Industri” Pada tahun 1986 Douglas Futuyma menerbitkan sebuah buku The Biology of Evolution yg diterima sebagai salah satu sumber paling eksplisit menjelaskan teori evolusi melalui selseksi alam. Contohnya yg paling terkenal adl mengenai warna populasi ngengat yg tampak menjadi lbh gelap selama revolusi industri di Inggirs. Menurut kisahnya pada awal revolusi industri di Inggris warna kulit batang pohon di sekitar Manchester benar-benar terang. Karena itu ngengat berwarna gelap yg hinggap pada pohon-pohon tersebut mudah terlihat oleh burung-burung pemangsa sehingga mereka memiliki kemungkinan hidup yg rendah. Lima puluh tahun kemudian akibat polusi warna kulit kayu menjadi gelap dan saat itu ngengat berwarna cerah menjadi yg paling mudah diburu. Akibatnya jumlah ngengat berwarna cerah berkurang sementara populasi ngengat berwarna gelap meningkat krn mereka tidak mudah terlihat. Evolusionis menggunakan ini sebagai bukti kuat teori mereka. Mereka malah berlindung dan menghibur diri di balik etalase dgn menunjukkan bahwa ngengat berwarna cerah “telah berevolusi” menjadi ngengat berwarna gelap. Seharusnya sudah sangat jelas bahwa keadaan ini sama sekali tidak dapat digunakan sebagai bukti teori evolusi krn seleksi alam tidak memunculkan bentuk baru yg sebelumnya tidak ada. Ngengat berwarna gelap sudah ada dalam polusi ngengat sebelum revolusi industri. Yang berubah hanya proporsi relatif dari varietas ngengat yg ada. Ngengat tersebut tidak mendapatkan sifat atau organ yg baru yg memunculkan “species baru”. Sedangkan agar seekor ngengat berubah menjadi spesies lain menjadi burung misalnya penambahan-penambahan baru harus terjadi pada gen-gennya. Dengan kata lain program genetis yg sama sekali berbeda harus dimasukkan utk memuat informasi mengenai sifat-sifat fisik burung. Singkatnya seleksi alam tidak mampu menambahkan organ baru pada makhluk hidup menghilangkan organ atau mengubah makhluk itu menjadi species lain. Hal ini sungguh bertentangan dgn khayalan evolusionis. Bukti “terbesar” tadi dikemukakan krn Darwin hanya mampu mencontohkan “melanisme industri” pada ngengat-ngengat di Inggris. Dapatkah Seleksi Alam Menjelaskan Kompleksitas? Seleksi alam sama sekali tidak memberikan kontribisi kepada teori evolusi sebab mekanisme ini tidak pernah mampu menambah atau memperbaiki informasi genetis suatu spesies. Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies lain bintang laut menjadi ikan ikan menjadi katak katak menjadi buaya atau buaya menjadi burung. Seorang pendukung fanatik teori Punctuated Equilibrium Gould menyinggung kebuntuan seleksi alam ini sebagai berikut. “Intisari darwinisme terdapat dalam sebuah kalimat seleksi alam merupakan kekuatan yg menciptakan perubahan evolusi. Tak ada yg menyangkal bahwa seleksi alam akan berperan negatif dgn menghilangkan individu-individu yg lemah. Menurut teori Darwin itu berarti pula seleksi alam memunculkan individu-individu kuat.” Evolusionis juga menggunakan metode menyesatkan lainnya dalam masalah seleksi alam. Mereka berusaha menampilkan mekanisme ini sebagai “perancang yg memiliki kesadaran”. Akan tetapi seleksi alam tidak memiliki kesadaran. Seleksi alam tidak memiliki kehendak yg dapat menentukan apa yg baik dan yg buruk bagi makhluk hidup. Karenanya seleksi alam tidak dapat menjelaskan sistem-sistem biologis dan organ-organ yg memiliki “kompleksitas tak tersederhanakan” . Sistem-sistem dan organ ini tersusun atas kerja sama sejumlah besar bagian dan tidak berfungsi jika ada satu saja bagian yg hilang atau rusak. . Jadi kehendak yg perlu dicapai pada tahapan terakhir. Karena seleksi alam tidak memiliki kesadaran atau kehendak seleksi alam fondasi teori evolusi telah membuat Darwin khawatir “Jika dapat ditunjukkan suatu organ kompleks yg tidak mungkin terbentuk melalui banyak modifikasi kecil bertahap maka tori saya akan sepenuhnya runtuh.” Seleksi alam hanya mengeliminir individu-individu suatu spesies yg cacat lemah atau tidak mampu beradaptasi dgn habitatnya. Mekanisme ini tidak dapat menghasilkan spesies baru infomasi genetis baru atau organ-organ baru. Dengan demikian seleksi alam tidak mampu menyebabkan apa pun berevolusi. Darwin menerima kenyataan ini dgn mengatakan “Seleksi alam tidak dapat melakukan apa pun sampai variasi-variasi menguntungkan berkebetulan terjadi.” Karena itulah neodarwinisme harus mengangkat mutasi sejajar dgn seleksi alam sebagai “penyebab perubahan-perubahan menguntungkan”. Akan tetapi seperti yg akan kita lihat mutasi hanya dapat menjadi “penyebab perubahan-perubahan merugikan”. Mutasi Mutasi didefinisikan sebagi pemutusan atau penggantian yg terjadi pada molekul DNA yg terdapat dalam inti sel makhluk hidup dan berisi semua informasi genetis. Pemutusan atau penggantian ini diakibatkan pengaruh-pengaruh luar seperti radiasi atau reaksi kimiawi. Setiap mutasi adl “kecelakaan” dan merusak nukleotida-nukleotida yg membangun DNA atau mengubah posisinya. Hampir selalu bahwa mutasi menyebabkan kerusakan dan perubahan yg sedemikian parah sehingga tidak dapat diperbaiki oleh sel tersebut. Mutasi yg sering dijadikan tempat berlindung evolusionis bukan tongkat sihir yg dapat mengubah makhluk hidup ke bentuk yg lbh maju dan sempurna. Akibat langsung mutasi sungguh berbahaya. Perubahan-perubahan akibat mutasi hanya akan berupa kematian cacat dan abnormalitas seperti yg dialami oleh penduduk Hiroshima Nagasaki dan Chernobyl. Alasannya sangat sederhana DNA memiliki struktur teramat kompleks dan pengaruh-pengaruh yg acak hanya akan menyebabkan kerusakan pada struktur tersebut. B.G. Ranganathan menyatakan “Mutasi bersifat kecil acak dan berbahaya. Mutasi pun jarang terjadi dan kalau pun terjadi kemungkinan besar mutasi itu tidak berguna. Empat karakteristik mutasi ini menunjukkan bahwa mutasi tidak dapat mengarah pada perkembangan evolusioner. Suatu perubahan acak pada organisme yg sangat terspesialisasi bersifat tidak berguna atau membahayakan. Perubahan acak pada sebuh jam tidak dapat memperbaiki malah kemungkinan besar akan merusaknya atau tidak berpengaruh sama sekali. Gempa bimi tidak akan memperbaiki kota tetapi menghancurkannya.” Tidak mengherankan sejauh ini tidak ditemukan satu mutasi pun yg berguna. Semua mutasi telah terbukti membahayakan. Seorang ilmuwan evolusionis Warren Weaver mengomentari laporan the Committee on Genetic Effects of Atomic Radiation sebuah komite yg meneliti mutasi yg mungkin disebabkan oleh senjata-senjata nuklir selama Perang Dunia II sebagai berikut. “Banyak orang akan tercengang oleh pernyataan bahwa hampir semua gen mutan yg diketahui ternyata membahayakan. Jika mutasi adl bagian penting dalam proses evolusi bagaimana mungkin sebuah efek yg baik-evolusi ke bentuk kehidupan lbh tinggi-dihasilkan dari mutasi yg hampir semuanya berbahaya?” Setiap upaya utk “menghasilkan mutasi yg menguntungkan” berakhir dgn kegagalan. Selama puluhan tahun evolusionis melakukan berbagai percobaan utk menghasilkan mutasi pada lalat buah krn serangga ini bereproduksi sangat cepat sehingga mutasi akan muncul dgn cepat pula. Dari generasi ke generasi lalat ini telah dimutasikan tetapi mutasi yg menguntungkan tidak pernah dihasilkan. Seorang ahli genetika evolusionis Gordon Taylor menulis “Pada ribuan percobaan pengembangbiakan lalat yg dilakukan di seluruh dunia selama lbh dari 50 tahun tidak ada spesies baru yg muncul.. bahkan satu enzim baru pun tidak.” Seorang penelitei lain Michael Pitman berkomentar tentang kegagalan percobaan-percobaan yg dilakukan terhadap lalat buah “Morgan Goldschmidt Muller dan ahli-ahli genetika lain telah menempatkan beberapa generasi lalat buah pada kondisi ekstrem seperti panas dingin terang gelap dan perlakuan dgn zat kimia dan radiasi. Segala macam jenis mutasi baik yg hampir tak berarti maupun yg positif merugikan telah dihasilkan. Inikah evolusi buatan manusia? tidak juga. Hanya sebagian kecil monster buatan ahli-ahli genetika tersebut yg mungkin mampu bertahan hidup di luar botol tempat mereka dikembangbiakkan. Pada kenyataannya mutan-mutan tersebut mati mandul atau cenderung kembali ke bentuk asal.” Hal yg sama berlaku bagi manusia. Semua mutasi yg teramati pada manusia mengakibatkan kerusakan berupa cacat atau kalemahan fisik misalnya mongolisme sindroma down albinisme dwarfisme atau kanker. Namun para evolusionis berusaha mengaburkan permasalahan bahkan dalam buku-buku pelajaran evolusionis contoh-contoh mutasi yg merusak ini disebut sebagai “bukti evolusi”. Tidak perlu dikatakan lagi sebuah proses yg menyebabkan manusia cacat atau sakit tidak mungkin menjadi “mekanisme evolusi”. Evolusi seharusnya menghasilkan bentuk-bentuk yg lbh baik dan lbh mampu bertahan hidup. Sebagai rangkuman ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yg mendukung pernyataan evolusionis
Efek langsung dari mutasi membahayakan. Mutasi terjadi secara acak karenanya mutasi hampir selalu merusak hidup yg mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah struktur sempurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut tetapi merusaknya. Dan memang tidak pernah ditemukan satu pun “mutasi yg bermanfaat”.
Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya rusak atau terbawa ke tempat lain. Mutasi hanya mengakibatkan ketidaknormalan seperti kaki yg muncul di punggung atau telinga yg tumbuh dari perut.
Agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya mutasi harus terjadi pada sel-sel reproduksi organisme tersebut. Perubahan acak yg terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Sebagai contoh mata manusia yg berubah akibat efek radiasi atau sebab lain tidak akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya. Singkatnya makhluk hidup tidak mungkin berevolusi krn di alam tidak ada mekanisme yg menyebabkannya. Kenyataan ini sesuai dgn bukti-bukti catatan fosil yg menunjukan bahwa skenario evolusi sangat menyimpang dari kenyataan. Sumber The Evolution Deceit Harun YahyaDiterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Dzikra Telp. 7276475 7232147 E-mail dzikra@syaamil.co.id Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar