“Kemudian kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yg Kami pilih di antara hamba-hamba Kami lalu di antara
mereka ada yg menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yg
pertengahan dan di antara mereka ada yg lbh dahulu berbuat kebaikan dgn izin
Allah.Yang demikian itu itu adl karunia yg amat besar.” . Ada tiga tipe umat terkait sikap mereka terhadap Alquran dhalimun
linafsih muqtashid dan saabiq bil khairaat. Dhalim
linafsih artinya orang yg menganiaya diri sendiri yaitu mereka yg
meninggalkan sebagian amalan wajib dan melakukan sebagian yg diharamkan.
Seperti orang menjalankan salat tetapi korupsi menjalankan saum Ramadan tetapi
suka riya pergi salat Jumat tetapi menggunjing orang membayar zakat tetapi
menyakiti tetangga membelanjai istri tetapi juga menyakitinya berhaji tetapi
menzalimi karyawan. Pendek kata dhalimun linafsih adl orang yg terpadu
dalam dirinya kebaikan dan keburukan yg wajib kadang ditinggalkan yg haram
kadang diterjang. Muqtashid artinya orang pertengahan yaitu mereka yg
menunaikan seluruh amalan wajib dan meninggalkan segala yg haram walau
terkadang masih meninggalkan yg sunah dan mengerjakan yg makruh. Seluruh
kewajiban ia penuhi baik kewajiban pribadi maupun kewajiban menyangkut hak
orang lain .Yang haram ia tinggalkan seperti mencela mengumpat memeras dan
seterusnya. Ia kadang meninggalkan amalan sunah dan kadang melakukan hal yg
makruh. Bukan berarti orang semacam ini tidak pernah berbuat dosa tetapi jika
ia berbuat dosa Allah mengampuni dosanya lantaran taubat atau hal lain yg
menghapuskannya. Saabiq bil khairaat artinya orang yg beregegas dalam
kebaikan yaitu mereka yg menunaikan seluruh yg wajib dan sunah meninggalkan yg
haram dan makruh juga sebagian yg mubah. Syaikhul Islam dalam Majmu’ Fatawa
menulis “Saabiq bil khairaat adl mereka yg mendekatkan diri dgn segenap
kemampuannya utk menunaikan yg wajib dan yg sunah serta meninggalkan yg haram
dan makruh walaupun ini tidak menutup kemungkinan golongan muqtashid dan
saabiq bil khairaat mempunyai dosa yg dihapuskan darinya baik itu dgn
taubat amalan yg bisa menghapus dosa musibah atau yg lain. Perhitungan Mereka
di Akhirat Abu Darda mendengar Rasulullah saw. bahwa kelompok saabiqun
adl mereka yg akan masuk janah dgn tanpa hisab. Kelompok muqtashid adl
mereka yg akan dihisab dgn hisab yg ringan . Kelompok dhalimun adl
mereka yg mendapat rintangan sepanjang mahsyar kemudian Allah menghapus
kesalahannya krn rahmat-Nya hingga mereka berkata “Dan mereka Segala puji
bagi Allah yg telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Rab kami
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam
tempat yg kekal dari karunia-Nya; didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada
pula merasa lesu.” . . Di Mana Posisi Kita? Dalam Tafsir Ibnu Katsir
halaman 534 disebutkan bahwa suatu ketika ibunda Aisyah r.a. ditanya oleh Uqbah
bin Shuhban al-Hinai tentang ayat di atas. Beliau menjawab “Wahai anakku mereka
berada di janah. Adapun sabiq bil khairat adl mereka yg telah berlalu
pada masa Rasulullah saw. Rasulullah menjanjikan utk mereka janah. Adapun muqtashid
adl mereka yg mengikuti jejaknya dari kalangan sahabatnya sehingga bertemu dgn
mereka. Adapun dhalim linafsih adl seperti aku dan kalian?.” Komentar
ibunda Aisyah r.a. yg mengelompokkan dirinya ke dalam dhalim linafsih
tentu sebuah ketawadhu’an sebagaimana dinyatakan oleh Uqbah bin Shuhban
menurutnya Ibunda Aisyah justru termasuk pemuka sabiq bil khairat. Namun
bagi kita tidak ada alasan utk tidak menyatakan diri kita sebagai muqtashid
apalagi sabiq bil khairat. Tampaknya yg tersisa bagi kita adl posisi dhalimu
linafsih. Betapa tidak? tiap hari kita selalu bergelimang dosa. Terlalu
banyak kewajiban yg kita tinggalkan juga terlalu banyak larangan yg kita
terjang. Setiap waktu kita sering melihat hal yg tidak boleh dilihat mendengar
hal yg tak boleh didengar dan berucap ucapan yg dilarang. Tiga kelompok di atas
memang akhirnya dinyatakan akan masuk janah krn mereka adl umat Muhammad saw.
yg bertauhid. Namun bagi kelompok dhalim linafsih sungguh berada pada
posisi terancam. Mengapa? utk dapat memasuki janah kelompok ini harus melewati
proses hisab yg berat. Beruntung jika mendapat ampunan dan rahmat Allah hingga
selamat dalam meniti shirat jika tidak api neraka akan turut menjilati
tubuh sebagai pembalasan atas dosa yg dilakukan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
dalam Majmu’ Fatawa menulis “Dhalimun linafsih termasuk dalam
kelompok orang-orang yg beriman mereka mendapatkan walayah dari Allah sebatas
iman dan takwanya dan sekaligus mendapatkan adawah sebatas kefajirannya.
Yang demikian itu krn pada seseorang bisa jadi terkumpul kebaikan-kebaikan yg
menjanjikan pahala dan kejelekan-kejelekan yg menjanjikan siksa sehingga
seseorang mungkin saja diberi pahala dan disiksa. Ini adl pendapat seluruh
sahabat para imam dan Ahlus Sunnah wal-Jamaah yg menyatakan bahwa siapa pun yg dihatinya
ada seberat zarah dari iman tidak akan kekal di neraka.” Semoga kita termasuk
golongan yg mendapat rahmat dan ampunan Allah hingga terhindar dari panasnya
api neraka. Wallahu a’lam. Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar