“Sesungguhnya telah ada pada
Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Secara bahasa sunnah berarti jalan.
Sedang menurut istilah ilmu fiqih yaitu suatu perbuatan yg berpahala bila
dilakukan dan tidak berdosa bila ditinggalkan. Meskipun demikian sebagai realisasi
cinta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kita harus memposisikan
perbuatan sunnah sejalan dgn ‘rekomendasi’ Allah “Sesungguhnya telah ada
pada Rasulullah itu suri teladan yg baik bagimu Allah dan hari Kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” Ibnu Katsir berkata “Ayat ini adl dalil yg kuat
utk meneladani Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dalam ucapan perbuatan dan
sikap beliau.” Meniru dan meneladani seseorang adl manifestasi cinta.
Padahal Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Tidaklah beriman
salah seorang di antara kamu hingga lbh mencintai aku daripada orang tuanya
anak-anaknya dan segenap manusia.” Karena itu pertanda seberapa besar cinta
kita kepada Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam di antaranya dapat diukur dgn
perhatian kita dalam meneladani tiap ucapan dan tindak tanduk beliau. Tapi
ironinya krn merasa tak akan mendapat dosa umat Islam banyak yg meremehkan
masalah-masalah sunnah. Alangkah baiknya kita mengikuti jejak Ibnu Umar
Radhiallahu Anhuma yg senantiasa berusaha menerapkan tiap apa yg ia ketahui
dari perbuatan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Hingga kini banyak
masalah sunnah yg terlupakan bahkan diremehkan oleh umat. Adapun di antara
sunnah-sunnah yg sering dilupakan dan diremehkan adl sbb.
Pertama Berkumur dan istinsyaq .
Ketika berwudhu banyak orang yg tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yg hanya
berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara
berwudhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam “berkumur dan
istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali.”
Kedua Berwudhu sebelum mandi dari
hadats besar. Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar
menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka yg terpikir hanyalah bagaimana bisa
menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah di antaranya adl mengawali
mandi tersebut dgn berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut
tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah
Radhiallahu Anha; “Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi
dari jinabat memulai dgn mencuci kedua tapak tangannya lalu berwudhu
sebagaimana wudhu utk shalat kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air
dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya lalu menyiram kepalanya dgn
tiga kali cidukan dari kedua tangannya lalu menyiram seluruh kulit .”
Ketiga Mendatangi shalat dgn tenang.
Bila iqomat telah dikumandangkan atau shalat jama’ah telah didirikan kita
banyak menyaksikan orang-orang berlarian utk mendapatkan ruku’ bersama imam. Di
samping jauh dari sunnah perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa
khusyu’ dan mengganggu mereka yg sedang shalat. Untuk menanggulangi hal
tersebut hendaknya kita datang berjamaah lbh awal yg dgn begitu kita bisa
melakukan perbuatan sunnah yg lain. Shalat sunnah qabliyah misalnya. Petunjuk
cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam. Beliau bersabda “Bila shalat telah didirikan jangan mendatanginya
dgn tergesa-gesa tetapi datanglah dgn berjalan secara tenang. Apa yg kamu
dapatkan maka shalatlah dan apa yg kamu ketinggalan darinya maka
sempurnakanlah.”
Keempat Shalat dgn memakai sutrah .
Shalat dgn memakai sutrah sering tidak diperhatikan khususnya ketika shalat
sunnat. Hal ini tentu jauh dari sunnah. Dari Nafi’ bin Abdillah “bahwasanya
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menancapkan tombak kemudian beliau
shalat di hadapannya.”
Kelima Merapatkan pundak dgn pundak
dan telapak kaki dgn telapak kaki dalam shaf shalat jama’ah. Mayoritas
shaf-shaf di tiap shalat jama’ah di banyak masjid selalu kita dapati
kekurangan. Misalnya tidak lurus atau kurang rapat. Yang lbh menyedih-kan ada
orang yg marah bila diingatkan. Inilah potret kebodohan umat tentang sunnah.
Padahal Anas Radhiallahu Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasul Shallallahu Alaihi
Wasallam bersabda “Luruskanlah barisan-barisan kalian sesungguhnya aku
melihat kalian dari belakang punggungku. Dan tiap orang dari kami merapatkan
pundaknya dgn pundak kawannya dan telapak kakinya dgn telapak kaki kawannya.”
. Hadits di atas menegaskan bagai-mana besarnya perhatian Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam dalam soal lurus dan rapatnya barisan shalat.
Keenam Shalat malam/ tahajud. Banyak
orang mengeluh dirinya sulit sekali bangun malam. Memang benar bangun malam itu
tidak mudah. Ia membutuhkan usaha dan kesabaran. Untuk memudahkan bangun malam
ikutilah nasehat-nasehat berikut ini
Tinggalkan maksiat dan dosa! Sebab keduanya menghalangi
manusia dari keta’atan.
Niatlah sungguh-sungguh utk bangun dan ikhlas krn Allah.
Baik pula jika disertai do’a memohon diberi kekuatan bangun tengah malam.
Bersegera tidur. Begadang malam hanya akan membuatmu
terlambat bangun. Apalagi jika tiada manfaatnya. Sekedar ngobrol misalnya.
Bahkan hingga utk pekerjaan penting sekali-pun Anda harus membatasi waktunya.
Tidak makan terlalu banyak menjelang tidur. Makan banyak
akan membuat orang malas beribadah.
Membaca do’a-do’a yg disun-nahkan ketika mau tidur.
Meletakkan alarm atau sejenisnya sehingga bisa bangun sesuai
dgn waktu yg diinginkan.
Saudaraku
usahakanlah selalu shalat malam. Mudah-mudahan do’a atau air matamu di
sepertiga malam bisa menyelamatkanmu dari siksa Neraka. Rasul Shallallahu
Alaihi Wasallam ditanya “Shalat apakah yg paling utama setelah shalat fardhu
?” Beliau menjawab “Shalat di tengah malam.” Ia bertanya “Dan
puasa apakah yg lbh utama setelah Ramadhan ?” Beliau menjawab “Puasa
pada bulan Muharram.”
Ketujuh
Memohon perlindungan kepada Allah dari siksa kubur dan Neraka Jahannam dari
fitnah kehi-dupan dan kematian fitnah Dajjal dan dari dosa serta hutang. Mohon
perlin-dungan tersebut diucapkan menjelang akhir do’a tasyahud dalam shalat.
Urwah bin Zubair berkata Ai’syah Radhiallahu Anha mengabarinya bahwasanya Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam dalam shalatnya berdo’a “Ya Allah sesungguhnya
aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku berlindung kepadaMu dari
fitnah Dajjal dan aku berlindung kepadamu dari fitnah kehidupan dan kematian.
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari dosa dan hutang.” Aisyah
Radhiallahu Anha berkata “Seseorang kemudian bertanya kepada Rasul
Shallallahu Alaihi Wasallam “Betapa sering engkau memohon perlindungan dari
hutang wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Sesungguhnya orang yg
berhutang itu bila berkata dusta dan bila berjanji mengkhianati.”
Kedelapan
Berdo’a sebelum salam. Abdullah bin Amr meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq
Radhiallahu Anhu bahwasanya beliau berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam “Ajarkanlah kepadaku do’a yg kupanjatkan dalam shalat.” Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasalam menjawab “Ucapkanlah “Ya Allah sesungguhnya
aku terlalu banyak menganiaya diriku sendiri dan tidak ada yg mengampuni
dosa-dosa selain Engkau maka ampunilah aku dari sisiMu dan sayangilah aku.
Sesungguhnya Engkau Maha Pengam-pun lagi Maha Penyayang.” kemudian
hendaknya ia memilih do’a yg disenanginya lalu berdo’a dengannya. Do’a ini
dibaca setelah do’a mohon perlindungan selanjutnya kita membaca do’a yg kita
kehendaki. Alangkah baiknya kita membiasakan berdo’a pada waktu-waktu yg
ditun-jukkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Di waktu yg mustajab
tersebut kita meminta kepada Allah kebaikan dunia dan akherat.
Kesembilan
Shalat sunnah di rumah. Banyak manfaat shalat sunnah di rumah di antaranya
Shalat sunnah di rumah adl tuntunan Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ia lbh menjaga keikhlasan hati dari sikap riya’ dan ingin
dipuji orang.
Shalat sunnah di rumah dgn sendirinya mengajarkan cara
shalat yg benar kepada anggota keluarga terutama kepada isteri dan anak-anak.
Ibnu Umar
Radhiallahu Anhuma berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda “Lakukanlah
sebagian shalat-shalat mu di dalam rumah dan jangan jadikan rumah-rumahmu
sebagai kuburan.” Aisyah Radhiallahu Anha berkata “Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur kemudian
keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk lalu shalat dua rakaat.
Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat kemudian masuk dan shalat dua
rakaat. Beliau shalat Isya’ bersama para Sahabat kemudian masuk rumahku lalu
shalat dua rakaat.” Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata “Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam
rumah. Terutama ba’diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yg mengatakan bahwa
beliau pernah melakukannya di dalam masjid.”
Rujukan
utama Sunan Majhulah Abdul Ilah Abdurrahman Salamah.
Oleh Al-Islam
- Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar